Adegan 1:
Ps menyanyikan
lagu “only hope” di atas panggung, sedangkan Pupu memotretnya dari kursi
penonton.
Ps: (bernyanyi)
Pupu: (asik
mengambil gambar ps dari bawah panggung)
Setelah acara
selesai...
Pupu: bagaimana
dengan yang ini? Ini? (sambil menunjukkan berlembar-lembar foto yang dibawanya)
Ps: tidak, tidak,
tidak.. emm, yang ini boleh juga (hampir seluruh foto dikembalikannya kepada
Pupu, sedangkan sisanya dimasukkan ke dalam dompet. Namun tanpa sadar foto
itupun terjatuh. Dan mereka yang tak menyadarinya pun langsung pergi begitu
saja)
Adegan 2:
Pagi-pagi sekali
handphone milik ps telah berbunyi, tanda sms masuk. Ps mengambil handphone nya
dan membaca sms yang datang.
Ps: sudah siap
untuk tes masuk club hari ini? (kemudian mengetik sms balasan untuk Pupu)
Pupu: (membaca
sms yang masuk) tentu saja.. kita
bertemu di sana. Uh, dia selalu saja begini (menggelengkan kepala dan bersiap
untuk pergi keluar rumah)
Sesampainya di
tempat tes..
Pupu: sepertinya
aku akan sangat gugup di dalam nanti
Ps: tenang saja,
kita akan berhasil (mausk ke ruang tes dengan congkaknya)
Wawa: kalian akan
berduet? (sambil menunjuk Pupu dan Ps dengan bolpoin yang digenggamnya)
Ps: seperti yang
kau lihat (berkata dengan acuhnya)
Usi: baiklah,
silahkan mulai (menatap dengan senyum yang mengembang)
Kemudian Pupu dan
Ps menyanyikan lagu “maybe”. Dan setelah mereka berdua selesai bernyanyi, salah
satu juri pun tersenyum sinis. Namun tak bersuara hingga juri yang lainnya
mulai buka suara.
Wawa: baiklah,
sepertinya sulit untuk memasukkan kalian berdua ke club ini bersama-sama.
Bagaimana jika salah satu dari kalian akan di eleminasi?
Pupu: tidak, aku
tidak akan masuk ke club ini jika dia tidak dapat ikut dalam club ini
Ps: tidak, aku
akan tetap maju tanpa dia (berkata dengan santai dan pongahnya)
Pupu: apa yang
kau katakan tadi? (raut wajahnya mulai terlihat lesu)
Ps: ya, aku akan
tetap ikut club ini walau tanpa dirimu
Usi: tapi dia
yang akan masuk club ini, bukan dirimu (senyum sinisnya belum juga sirna dari
wajahnya)
Ps: siapa yang
akan masuk? Dia? (menunjuk pupu yang sedaritadi menunduk lesu)
Usi: iya
(mengangguk dengan mantapnya)
Ps: kau tuli, ha?
Apakah kau tak mendengar ada nada hyang meleset saat ia bernyanyi tadi (katanya
dengan gusar)
Wawa: tapi itulah
keputusan kami dan tak dapat kau ganggu gugat.
Usi: kami lebih
mengerti musik daripada kau anak manis (semburat senyum sinis sudah tak
terlihat lagi, namun suaranya berubah datar dan kian dingin)
Ps: baiklah jika
harus seperti itu. Siapa juga yang ingin masuk club tolol seperti ini. Ayo,
kita pergi dari sini. (tangannya menarik lengan Pupu dengan gusar)
Pupu: tidak..
(katanya dingin)
Ps: apa? (katanya
setengah berteriak kepada Pupu)
Pupu: aku akan
tetap disini, pergi saja jika kau ingin pergi (melepaskan pegangan Ps)
Ps: oh, baiklah..
kalau seperti itu mulai detik ini kau bukan lagi sahabatku, Pupu. (katanya
marah)
Pupu: sejak dulu
aku memang bukan sahabatmu. Kau perlakukan aku seperti pembantumu (katanya
berbalik marah)
Ps: ya, tentu
saja. Karena kau hanyalah pecundang menyedihkan bagiku, pengkhianat
Pupu: (tersenyum sinis tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada ps)
Usi: ini kalung keburuntunganmu Pupu,
Pupu: (mengambilnya kemudian tersenyum puas kepada ps)
Ps: memuakkan! (pergi dengan marah)
Adegan 3:
Ditengah perjalanan pulang Ps marah-marah sendiri. Dia berteriak dengan
kesal di jalanan, sampai akhirnya ada seorang wanita muda yang mengharmpirinya.
Septia: apakah ini milikmu? (mengulurkan selembar foto Ps yang sedang
bernyanyi di panggung)
Ps: iya, bagaimana kau bisa mendapatkannya? (merogoh tas, dan mencari
dompet di dalamnya) tak ada, apakah kau mencurinya?
Septia: tidak, aku menemukannya di dekat gedung tempat kau bernyanyi.
Lagipula guru Wawa menitipkan ini untukmu (memberikan sebuah surat)
Ps: (menjangkau suratnya dengan lasak) apa ini?
Septia: tak tahu, bacalah (pergi meninggalkan Ps seorang diri)
Ps: (membaca surat tersebut dengan mata berbinar) hha, ternyata aku
mendapat beasiswa masuk club itu. Aku akan menjadi murid istimewa.
Adegan 4:
Bel berbunyi. Saat semua murid masuk ke dalam ruang club, ps berjalan
dengan santai ke ruang musik. Di tengah jalan ada dua gadis yang datang
menghampirinya, Berli dan Rarap.
Berli: kau mau kemana?
Ps: club musik
Rarap: bukannya kau tidak diterima?
Ps: yang benar saja, aku murid istimewa?
Berli: benarkah? Kita sama, aku dan dia murid istimewa juga
Ps: (melihat penampilan Berli dan Rarap dari bawah ke atas)
Rarap: kenapa? Ada yang salah?
Berli: memang murid istimewa bukanlah yang terbaik, tapi murid buangan di
club ini
Ps: apa?
Rarap: iya, murid buangan. Ayo kita masuk ruang ini. (menarik lengan PS
menuju ke sebuah ruangan gelap dan pengap)
Berli: inilah dia, ruang anak istimewa
Ps: kalian sangat lucu.. ha..ha (tertawa datar dengan ekspresi bosan)
Rarap dan Berli tidak berkata apa apa karena seorang guru telah datang
menghampiri mereka
Wawa: hey, kenapa kalian masih berdiri? Duduklah.
Ps: (celingak celinguk ke sana kemari, bingung karena semua kursi
berserakan dan tak tertata rapi)
Wawa: yah, aku mengerti. Silahkan duduk dimanapun kau suka
Berli dan Rarap akhirnya duduk berdampingan, akhirnya Ps mengikutinya juga
Wawa: baiklah, kita akan membahas mengenai nada-nada musik yang akan kalian
tulis?
Berli: kapan kita akan bernyanyi? (tanyanya bersemangat)
Usi: murid buangan, ups maksudku murid istimewa tidak akan bernyanyi nona
cilik. Kalian hanya akan mengiringi kami para murid terpilih. Hei, maaf atas
gangguannya bu, aku hanya numpang lewat disini (senyumnya terlihat meremahkan
dan juga tak terlihat bersahabat)
Rarap: mengerikan!
Adegan 5:
Bunyi bel telah berdentang dua kali, sehingga para murid masuk ke kelasnya
masing-masing.
Usi: anak-anak sebentar lagi sekolah akan mengadakan pentas seni, dan dari
club musik haruslah menyumbangkan sesuatu untuk pertunjukkan.
Septia: apakah club istimewa akan ikut juga?
Usi: tentu saja tidak.
Liya: baguslah.
Di koridor, Ps pun terperanjat ketika mendengar hal itu. Akhirnya dia pun
memutuskan untuk mengadukannya kepada wawa, guru pembimbingnya. Namun, wawa bni
sudah seperti berkata bahwa seperti itulah keadaannya. Tetapi ps tetap saja
memohon dan memaksa agar diikutkan ke pentas tersebut. Sehingga wawa pun
akhirnya setuju dan memutuskan untuk berunding kembali dengan usi, guru pembimbing
musik yang satunya.
Wawa: ayolah, bukan hanya muridmu saja yang ingin tampil, muridku juga
sudah berusaha keras untuk masuk ke club ini.
Usi: baiklah, jika memang seperti itu, lakukan saja yang terbaik dan
kalahkan kami.
Wawa: baik, kita akan lihat nanti.
Adegan 6:
Satu bulan kemudian... semua murid sudah berlatih dengan giat dan tekun,
saatnya pentas dimulai. Semuanya sudah mendapatkan gilirannya masing masing,
sekarang saatnya pupu dan teman temannya bernyanyi.
Pupu, Liya, dan Septia akhirnya menyanyikan lagu “the boys”. Saat mereka
selesai bernyanyi, tepuk tangan terdengar riuh rendah. Mereka pun turun dari
panggung dan selanjutnya adalah giliran kelompok Ps, Rarap dan Berli yang akan
membawakan lagu “only hope”. Setelah pertunjukkan mereka selesai, respon dari
penonton jauh lebih meriah daripada penampilan Pupu dan teman temannnya.
Saat juri memutuskan untuk memberitahukan siapa pemenangnya, semua murid yang
tadi ikut berlomba berkumpul diatas panggung.
Wawa: baiklah, ini dia juara kedua kita... Pupu, Liya, dan Septia.
Penonton: (bertepuk tangan)
Usi: dan inilah juara pertama kita, Ps, Rarap dan Berli.
Penonton: (bertepuk tangan lagi)
Pupu dan Liya terkejut, sedangkan Septia memberikan selamat kepada Ps dan
teman temannya. Kemudian Liya pun mengikutinya, setelah itu dia pun berkata.
Liya: ayolah, kita tidak bisa seperti ini terus menerus. Ayo kita minta
maaf dengan mereka.
Pupu: tapi.. tapi.. (katanya terbata bata)
Liya: ayolah, kita sudah kalah telak. Apalagi yang ingin kita sombongkan?
Pupu: baiklah.. emm, Ps, aku minta maaf jika selama ini aku menyulitkanmu.
Ps: tak apa, aku mengerti alasanmu membenciku saat itu
Pupu: maaf
Ps: tidak, ini salahku juga karena selalu membuatmu tak terlihat seperti
sahabat.
Pupu: hahah, tak apa, lupakan saja. Itu sudah berlalu
Ps: ya, tentu saja.. jadi kita berteman lagi?
Pupu: tidak, kita bersahabat lagi
Pada akhirnya semua pun kembali seperti semula bahkan lebih baik dan
berakhir bahagia. Mereka berteman. Tradisi murid istimewa yang diabaikan,
ditiadakan. Semua berjalan sempurna, hingga waktu yang akan datang, semua murid
club musik mencapai cita citanya dengan kerja keras, mereka telah sukses dan
tetap berteman.
No comments:
Post a Comment