A.
PEWARISAN SIFAT
Genetika
adalah Ilmu tentang penurunan sifat-sifat pada makhluk hidup. Abad ke-19. Johan
Gregor Mendel melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sifat sifat yang
dimiliki oleh induk kepada keturunannya. Awal abad ke-20 penelitian Mendel
diakui ahli biologi lainnya. Mendel ditetapkan sebagai Bapak Genetika dsan
prinsip dasar penurunan sifat (Hukum Mendel)
A.
Penelitian
Mendel
Objek
penelitian adalah kacang kapri. Alasan mengapa dipilih kacang kapri:
1.
Memiliki
tujuh pasang sifat yang kontras (panjang batang, letak bunga, bentuk biji,
warna biji, warna kulit biji dan bunga, bentuk polong, warna polong).
2.
Memiliki
bunga sempurna sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3.
Mudah
dipelihara dan disilangkan.
4.
Mempunyai
keturunan yang banyak.
5.
Mempunyai
daun hidup yang pendek sehingga cepat menghasilkan keturunan.
Penilitian
berikutnya menggunakan galur murni (makhluk hidup yang melakukan penyerbukan
sendiri secara berulang-ulang akan menghasilkan keturunan dengan sifat yang
selalu sama). Kemudian Mendel menyilangkan dua varietas dengan sifat yang
kontras.
Hipotesis
Mendel:
a.
Sifat
pada organisme atau individu dikendalikan oleh faktor dari induk jantan dan
betinanya.
b.
Setiap
pasangan fktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya.
c.
Jika
faktor tersebut terdapat bersama-sama dalam suatu tanaman, maka faktor dominan
akan menutupi faktor resesif.
d.
Pada
waktu pembentukan gamet (pembelahan meiosis) alela akan memisah secarabebas.
e.
Individu
murni mempunyai pasangan sifat yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
Persilangan
induk (P) dengan sifat kontras
|
Keturunan
pertama (f1) yang dihasilkan
|
Batang
tinggi >< batang pendek
|
Batang
tinggi
|
Bunga
diketiak batang >< bunga diujung batang
|
Bunga
diketiak batang
|
Biji
bukat >< biji keriput
|
Biji
bulat
|
Biji
kuning >< biji hijau
|
Biji
kuning
|
Kulit
biji berwarna >< kulit biji putih
|
Kulit
biji berwarna
|
Polong
gembung >< polong bersekat
|
Polong
gembung
|
Polong
hijau >< polong kuning
|
Polong
hijau
|
Munculnya
sifat resesif pada F2 karena sifat beda yang diturunkan oleh induk kepada
keturunannya terdapat berpasangan. Semua F1 tampak berbatang tinggi karena
faktor tinggi menutupi faktor pendek atau faktor tinggi bersifat dominan
sehingga faktor pendek tidak tampak pada F1.
Macam
macam penyerbukan silang:
A.
Monohibrid:
penyerbukan silang dengan satu sifat beda
B.
Dihibrid:
penyerbukan silang dengan dua sifat beda
C.
Trihibrid
penyerbukan silang dengan tiga sifat beda
D.
Polihirid:
penyerbukan silang dengan lebih dari tiga sifat beda
1.
MONOHIBRID
Persilangan dua individu dengan satu
sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan
salahsatu sifat induknya.
a.
Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Perhatika
contoh Persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi.
Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh
yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan
ini dapat dilihat dalam bagan berikut :
Parental 1 (P1)
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
><
|
Kacang
ercis Batang Pendek
|
Genotipe
|
T T
|
><
|
t t
|
Fenotipe
|
Tinggi
|
Pendek
|
|
Gamet
|
T dan T
|
t dan t
|
|
Filial
(F1)
|
T t
|
Fenotipe :
Batang Tinggi
|
|
Parental 2
(P2)
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
><
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
Genotipe
|
T t
|
T
t
|
|
Gamet
|
T dan t
|
><
|
T dan t
|
Kemungkinan
kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :
Gamet
Gamet
|
T
|
t
|
T
|
TT
(Tinggi) .1
|
Tt
(Tinggi) .2
|
t
|
Tt
(Tinggi) .3
|
Tt
(pendek) .4
|
Pada persilangan ini , gen untuk
faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu
bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi.Perbandingan
fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah : Tinggi : Pendek
= 3 : 1Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b.
Persilangan Monohibrid Intermediet
Perhatikan contoh :Tanaman Antihinum
majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari
persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda .
jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2
menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan
: 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sbb:
P1
|
Tanaman
berbungamerah
|
><
|
Tanaman
berbunga
Putih
|
Genotipe
|
MM
|
><
|
mm
|
Gamet
|
M dan M
|
m dan m
|
|
F1
|
Mm
|
Fenotipe :
berbunga merah muda
|
|
P2
|
Mm (merah
muda)
|
><
|
Mm (merah
muda)
|
Gamet
|
M dan m
|
><
|
M dan m
|
Kemungkinan
terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gamet
Gamet
|
M
|
m
|
M
|
MM
(Merah) 1
|
Mm (merah
muda) 2
|
m
|
Mm (merah
muda) 3
|
Mm
(putih) 4
|
Perbandingan Fenotipe F2 pada
persilangan monohibrid intermediet adala ; merah : merah muda : putih = 1 : 2 :
1Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
c.
Test Cross
Digunakan
untuk menentukan genotipe individu berfenotipe tinggi adalah EE atau Ee.
Dilakukan dengan menyilanhkan individu yang ingin diketahui genotipenya dengan
individu yang genotipenya homozigot resesif.
Kemungkinan:
1.
Apabila
tanaman bergenotipe EE disilangkan dengan genotipe homozigot resesif (ee), maka
keturunan yang dihasilkan semuanya berfenotipe batang tinggi.
2.
Apabila
tanaman bergenotipe Ee disilangkan dengan genotipe homozigot resesif (ee), maka
keturunan yang dihasilkan setengah genotipe Ee (batang tinggi) dan setengah
lagi bergenotipe ee (batang pendek).
2 . DIHIBRID
Persilangan
dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam percobaannya
menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat warna kuning
dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan
kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang
ercisberbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan
kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna
biji.
B =
bulat, dominan terhadap keriput
b =
keriput
K = kuning,
dominan terhadap hijau
k =
hijau
P1
|
Kacang
ercis berbiji bulat warna kuning
|
><
|
Kacang
ercis berbiji keriput warna hijau
|
Genotipe
|
BBKK
|
><
|
bbkk
|
Gamet
|
BK dan BK
|
><
|
bk dan bk
|
F1
|
BbKk
|
Fenotipe :
berbiji bulat warna kuning
|
|
P2
|
BbKk
|
><
|
BbKk
|
Gamet
|
BK,B
k,bK,bk
|
><
|
BK,Bk,bK,bk
|
Kemungkinan
terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :
Gamet
Gamet
|
BK
|
Bk
|
bK
|
Bk
|
||||||||
BK
|
BBKK
|
1
|
BBKk
|
2
|
BbKK
|
3
|
BbKk
|
4
|
||||
Bk
|
BBKk
|
5
|
BBkk
|
6
|
BbKk
|
7
|
Bbkk
|
8
|
||||
bK
|
BbKK
|
9
|
BbKk
|
10
|
bbKK
|
11
|
bbKk
|
12
|
||||
bk
|
BbKk
|
13
|
Bbkk
|
14
|
bbKk
|
15
|
bbkk
|
16
|
||||
Individu
yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K
memiliki biji warna kuning.Fenotipe pada F2 adalah
1. bulat – kuning =
nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat –
hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor
: 11, 12, 15
4. keriput – hijau =
nomor : 16
Perbandingan
Fenotipe F2 adalah : bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning :
keriput – hijau= 9 3 : 3 :
1 Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
Kemungkinan ke-
|
Kotak
nomor
|
Genotipe
|
Fenotipe
|
1
|
1
|
BBKK
|
Bulat
kuning
|
2
|
2, 5
|
BBKk
|
Bulat
kuning
|
3
|
3, 9
|
BbKK
|
Bulat
kuning
|
4
|
4,7, 10,
13
|
BbKk
|
Bulat
kuning
|
5
|
6
|
BBkk
|
Bulat
hijau
|
6
|
8, 14
|
Bbkk
|
Bulat
hijau
|
7
|
11
|
bbKK
|
Keriput
kuning
|
8
|
12, 15
|
bbKk
|
Keriput
kuning
|
9
|
16
|
bbkk
|
Keriput
hijau
|
a)
Formula
untuk menentukan jumlah gamet:
Sifat
beda dilambangkan dengan n, maka jumlah gamet 2n
b)
Rumus
untuk menentukan jumlah macam genotipe F2”
Sifat
beda dilambangkan dengan n, maka jumlah macam genotipe f2 yang terbentuk 3n.
P1 : BB
>< bb
|
G : B
>< b
|
F1 : Bb
|
P2 :
F1 >< F1
|
B
|
b
|
|
B
|
BB (bulat)
|
Bb (bulat)
|
b
|
Bb (bulat)
|
Bb (kisut)
|
c)
Rumus
untuk menentukan jumlah macam fenotipe F2:
Sifat
beda dilambangkan dengan n, maka jumlah macam fenotipe F2 adalah 2n.
3.
HUKUM MENDEL
Hukum I dan II
Hukum I Mendel (Hukum Segregasi atau hukum Pemisahan alel-alel dari suatu
suatu gen yang berpasangan). Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet),
pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dengan satui sifat beda
(Monohibrid).II.
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokan gen secara bebas atau asortasi). Dalam
peristiwa pembentukan gamet, alel mengadakan kombinasi secara bebas sehingga
sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dengan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih.
B.
PENERAPAN
PEWARISAN SIFAT
Digunakan
untuk menentukan jenis kelamin pada lalat buah, sifat sifat yang diwariskan
induk kepada keturunannya (terpauk kromosom seks atau tidak).
1.
Penemuan bibit
unggul
Bibit
unggul adalah bibit yang mempunyai sifat sifat baik sesusai dengan kebutuhan
manusia, dimana sifat sifat baik ini dapat dikumpulkan pada satu individu
melalu perkawinan silang.
Ciri
ciri pada tumbuhan:
·
Cepat
menghasilkan buah
·
Tahan
terhadap hama dan penyakit
·
Bijinya
sedikit
·
Buahnya
banyak
·
Buah
besar dan enak
·
Tahan
terhadap perubahan cuaca dan kondisi tanah yang berlainan
Ciri
ciri pada hewan:
·
Menghasilkan
telur lebih banyak dan besar
·
Menghasilkan
daging atau susu yang banyak dan tahan terhadap penyakit
2.
Penentuan jenis
kelamin
Kelamin
pria maupun wanita ditentukan oleh sepasang kromosom seks yang terdiri atas
kromos X dan Y. Pada wanita terdiri atas dua buah kromososm X(XX) sedangkan
pria memiliki kromosom X dan Y (XY). Penentuan jenis kelamin juga dapat
dilakukan pada lalat buah. Perbedaannya, kromosom Y pada lalat buat tidak
mempengaruhi penentuan jenis kelamin.
3.
Pewarisan
terpaut seks
Gen
terpaut seks adalah gen yang berada pada kromosom seks dan pada umumnya terdapat
paad kromosom X. Sifat yang dikendalikannya akan bergabung dengan jenis kelamin
tertentu dan diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui kromosom seks.
a)
Buta
warna:
Penyakit
menurun yang ditentukan oleh gen resesif dan terpaut pada kromosom X. Terjadi
pada wanita yang memiliki kedua alel yang resesif. Terjadi pada pria yang
memiliki satu alel pada kromosom Xnya tidak membawa resesif.
b)
Buta
warna:
Penyakit
menurun yang ditentukan oleh gen resesif yang terpaut seks pada kromosom X.
Hemofilia adalah kelainan pada darah, yakni jika terjadi luka maka darah akan
sukar membeku.
c)
Albino:
Penyakit
menurun yang dibawa oleh gen resesif yang tidak terpaut pada kromosom seks.
Kondisi geneteis yang tidak sempurna yang menyebabkan organisme tidak dapat
membentuk pigmentasi pada kulit dan bagian bagian tubuh yang lain.
d)
Golongan
darah:
Bersifat
genetis, yakni diturunkan dari orang tua kepada anaknya, menurut Landstainer
golongan darah manusia dibagi menjadi: A, B, AB, O.
No comments:
Post a Comment